Asal Usul Mayones Kecombrang

Sumber: Dokumentasi Penulis

Ratna merupakan seorang mahasiswi semester pertama yang berkuliah di salah satu universitas ternama, yaitu Universitas Matahari yang berada di Kota Tangerang. Semester pertama perkuliahan telah dimulai sejak Senin dua hari yang lalu. Kelas pertama pagi ini adalah kelas mata kuliah Pengantar Teknologi Pangan yang diampu oleh seorang dosen bernama Ali. Baru saja kelas dimulai, Pak Ali segera memberikan tugas pembuatan produk berbahan dasar tanaman langka yang harus diselesaikan dalam satu semester.

Ratna yang berkelompok dengan Ratih dan Bayu mendapatkan tanaman Kecombrang sebagai bahan baku produk mereka. Setelah para mahasiswa memilih kelompoknya, Pak Ali menjelaskan mengenai tugas yang diberikannya. Menurut Pak Ali, pembuatan produk haruslah diawali dengan pengenalan terhadap karakteristik bahan yang akan digunakan. Karakteristik yang dimaksud adalah rasa, aroma, dan komponen kimia yang terdapat di dalam bahan pangan tersebut. Jenis produk yang hendak dibuat akan ditentukan oleh karakteristik bahan.

Sepulang kuliah, Ratna bersama Bayu dan Ratih melakukan penelitian mengenai bunga jahe yang dikenal dengan sebutan Kecombrang. Mereka melakukan penelitian dengan membaca jurnal yang dapat diakses di internet

Pada suatu hari di awal bulan Oktober 2016, ketiganya memutuskan untuk melihat secara langsung tanaman bunga Kecombrang. Ketiganya melakukan perjalanan ke Bogor hanya untuk mencari bunga merah muda tersebut. Sesampainya di Kebun Raya Bogor, ketiganya melakukan pengamatan terhadap tanaman Kecombrang. Bunga Kecombrang ber berwarna   kemerahan   seperti   jenis   tanaman   hias pisang-pisangan.  Bunga  tersusun dalam  karangan  berbentuk  gasing. Batang kecombrang yang sudah  tua  bentuk  tanamannya  mirip  jahe dengan  tinggi  5  meter. Kecombrang memiliki aroma yang khas dan segar. Setelah bertukar pikiran, Ratna, Ratih, dan Bayu sepakat untuk membuat mayones Kecombrang untuk sementara waktu.

Keputusan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan mengenai kandungan senyawa kimia bunga Kecombrang yang kaya akan antioksidan dan antibakteri. Proses pengolahan mayones yang tidak menggunakan pemanasan dianggap rentan terhadap kontaminasi bakteri Salmonella pada telur mentah. Kandungan antibakteri bunga cantik berwarna merah ini diharapkan dapat meminimalisir kontaminasi bakteri Salmonella pada produk mayones.

Pada percobaan pembuatan produk yang pertama kali, Ratna, Ratih, dan Bayu gagal membuat mayones. Kegagalan tersebut diakibatkan oleh komposisi bahan yang tidak tepat. Mayones yang dihasilkan terlalu cair. Selain itu, rasa mayones Kecombrang itu terlalu asin dan terasa berminyak. Sementara itu, penampilan mayones terlihat tidak teremulsi dengan baik sehingga kurang menarik untuk dikonsumsi. Kegagalan tidak menghentikan mereka begitu saja. Namun Ratna, Ratih, dan Bayu kembali bangkit dari kegagalan dan bertekad untuk berhasil. Mereka melakukan penelitian kembali dan mencari resep-resep mayones agar projek pembuatan produk dari Pak Ali ini sukses.

Tak tunggu lama, seminggu kemudian ketiganya berkumpul kembali di rumah Bayu untuk melancarkan percobaan kedua mereka. Tak disangka, kerja keras mereka menghasilkan buah yang manis. Mayones yang mereka buat kali ini memiliki kekentalan yang tepat. Mayones Kecombrang berwarna kuning  layaknya saus mayones di restoran. Kemudian, mayones yang telah diproduksi dikemas dengan botol-botol plastik yang sudah disterilkan.

Pada saat presentasi produk di akhir perkuliahan, Ratna, Ratih, dan Bayu mempromosikan dan menjelaskan produk mereka dengan bangga. Sungguh senang mereka mendapatkan pujian dari Pak Ali. “Kerja bagus, Nak,” ucap Pak Ali di akhir presentasi mereka yang diikuti dengan suara meriah tepuk tangan teman-teman. Gagal itu adalah hal yang biasa, tapi kegagalan yang sesungguhnya adalah saat kita menyerah dan berhenti untuk mencoba.

Penulisan Sains Populer Narasi

Sumber:

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Jakarta: Sarana Wana Jaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Table Manner, Tata Cara Makan Formal

Perjalanan Hidup Bapak Teknologi Pangan Indonesia, F. G. Winarno

Break Even Point